Monday, November 14, 2016

Pengamat : Jokowi jadikan Intelejen sebagai Kambing Hitam

Pengamat :Jokowi Jadikan Intelijen sebagai Kambing Hitam diatas Kebijakannya
 
Pidato Jokowi di Istana Negara
Jakarta- Aksi Presiden Joko Widodo yang meninggalkan peserta Aksi Damai Bela Al-qur'an ( aksi damai 411) ke Bandara Cengkareng, dinilai berdasarkan masukan intelijen yang salah.

Presiden Jokowi diberi masukan, aksi 411 ini hanya diikuti oleh kelompok radikal, dan maksimal 18 ribu orang saja. Ternyata informasi dari intelijen keliru, sebab peserta aksi 411 justru mencapai jutaan orang dan dari lintas elemen umat Islam.

Menanggapi hal ini, pengamat Intelijen, Jaka Setiawan mengatakan, dalam aksi damai 411 Presiden Jokowi justru menjadikan Intelijen sebagai kambing hitam. 

" Intelijen dalam aksi 411 justru dijadikan kambing hitam atau banper untuk menutupi kebijakannya yang salah total dalam menyikapi 411 " kata Jaka saat dihubungi baru-baru ini.

Menurut Jaka, justru yang digunakan Jokowi untuk menilai aksi 411 adalah media crawl dan buzzer analisis dari sosial media.

"Wajar kalau kebijakannya amburadul khususnya dalam masalah keamanan dan politik",tegas Jaka yang juga Direktur Pengkajian Kebijakan Strategis Pusat Hak Asasi Muslim Indonesia(PUSHAMI) ini.

Padahal, lanjut Jaka, Jokowi beberapa waktu yang lalu baru mengangkat staf presiden bidang Intelijen." Ini perlu dievaluasi" ujar alumni S2 Kajian Intelijen Strategik UI ini.

Sebagaimana diketahui, pasca aksi Damai Bela Qur'an yang dihadiri lebih dari 1 juta orang, Presiden sempat menyoal data Intelijen terkait data Aksi Damai Bela Islam Jum'at 4 November 2016.
"Perkiraan kalkulasi (jumlah demonstran) harus di detailkan lagi," tegas Jokowi di Gedung Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan(8/11/2016).

Presiden Joko Widodo mengatakan sebelum demo, dirinya mendapat informasi jumlah peserta sekitar 18 ribu orang. Namun fakta dilapangan jumlahnya diatas 1 juta sementara jumlah aparat yang dikerahkan hanya 16 ribu.

Sementara itu, tindakan Jokowi yang memilih menghindar dari umat Islam dalam Aksi Damai 411 dimungkinkan karena informasi sepihak, yang boleh jadi dari Intelijen yang tidak netral, dalam hal ini, jelas-jelas kontra Ideologi pada peserta aksi damai.

"Intelijen estimate itu harus netral dan obyektif, jikapun berpihak maka harus berpihak kepada National Interest. Dua point ini kalau terjadi berbahaya untuk negara," tutupnya menghimbau.

Menurut Jaka, memang benarJokowi mendapat Informasi dari Intelijen, tetapi informasi itu keliru. Ada 2 kemungkinan. Pertama, Intelijen yang memberikan informasinya masih awam. Kedua, Intelijen yang memberi Info punya kontra Ideologi dengan Gerakan Akasi damai 411.(sumber ; Islampos)

No comments:

Post a Comment