Friday, March 3, 2017

Kesenian Wayang Kulit

Wayang Kulit



Pementasan Wayang Kulit

(mentarisenja12)-Wayang kulit adalah seni tradisional Indonesia yang terutaa berkembang di Jawa. Wayang berasal dari kata 'Ma Hyang' yang artinya menuju kepada roh spiritual, dewa, Tuhan Yang Maha Esa. Ada juga yang mengartikan wayang adalah istilah bahasa Jawa yang bermakna 'bayangan', hal ini disebabkan karena penonton juga bisa menonton wayang dari belakang kelir atau hanya bayangannya saja. Wayang kulit dimainkan oleh seorang dalang yang juga menjadi narator dialog tokoh-tokoh wayang, dengan diiringi oleh musik gamelan yang dimainkan sekelompok nayaga dan tembang yang dinyanyikan oleh para pesinden. Dalang memainkan wayang kulit di balik kelir, yaitu layar yang terbuat dari kain putih, sementara di belakangnya dosorotkan lampu listrik atau lampu minyak (blencong), sehingga para penonton yang berada disisi lain dari layar dapat melihat bayangan wayang yang jatuh ke kelir. Untuk dapat memahami cerita wayang (lakon), penonton harus memiliki pengetahuan akan tokoh-tokoh wayang yang bayangannya tampil dilayar.

Secara umum wayang mengambil cerita dari naskah Mahabarata dan Ramayana, tetapi tak dibatasi hanya dengan pakem (standard) tersebut, ki dalang bisa juga memainkan lakon carangan (gubahan). Beberapa cerita diambil dari cerita panji.

Pertunjukan wayang kulit telah diakui UNESCO pada tanggal 7 November 2003, sebagai karya kebudayaan yang mengaggumkan dalam bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan berharga (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity). Wayang kulit lebih populer di Jawa bagian tengah dan timur, sedangkan wayang golek lebih sering dimainkan di Jawa Barat.

Pembuatan

Wayang kulit dibuat dari bahan kulit kerbau yang sudah di proses menjadi kulit lembaran, perbuah wayang membutuhkan sekitar 50 x 30 cm kulit lembaran yang  kemudian dipahat dengan peralatan yang digunakan adalah besi berujung runcing berbahan dari baja yang berkualitas baik. Besi baja ini dibuat terlebih dahulu dalam berbagai bentuk dan ukuran, ada yang runcing, pipih, kecil, besar dan berbentuk lainnya yang masing-masing mempunyai fungsinya berbeda-beda.

Namun pada dasarnya, untuk menata atau membuat berbagai bentuk lubang ukiran yang sengaja dibuat hingga berlubang. Selanjutnya dilakukan pemasangan bagian-bagian tubuh seperti tangan, pada tangan ada dua sambungan, lengan bagian atas dan siku, cara menyambungnya dengan sekrup kecil yang terbuat dari tanduk kerbau atau sapi. Tangkai yang fungsinya untuk menggerak bagian lengan yang berwarna kehitaman juga terbuat berasal dari bahan tanduk kerbau dan warna keemasannya umumnya dengan menggunakan prada yaitu kertas warna emas yang di tempel atau bisa juga dengan dibron, dicat dengan bubuk yang dicairkan. Wayang yang menggunakan prada, hasilnya jauh lebih baik, warnanya bisa tahan lama dibandingkan dengan bront.

Jenis-jenis Wayang Kulit berdasarkan daerah

  • Wayang kulit Cengkok Kedu
  • Wayang kulit Gagrak Yogyakarta
  • Wayang kulit Gagrak Surakarta
  • Wayang kulit Gagrak Banyumasan
  • Wayang kulit Gagrak Jawa Timuran
  • Wayang Bali
  • Wayang Kulit Banjar (Kalimantan Selatan)
  • Wayang Palembang ( Sumatera Selatan)
  • Wayang Betawi (Jakarta)
  • Wayang Kulit Cirebon (Jawa Barat )
  • Wayang Madura (sudah punah)
  • Wayang Siam
 Dalang Wayang Kulit
Dalang adalah bagian terpenting dalam pertunjukan wayang kulit (wayang purwa). Dalam terminologi bahasa jawa, dalang (halang) berasal dari akronim ngudhal Piwilang. Ngudhal artinya membongkar atau menyebar luaskan dan piwulang artinya ajaran, pendidikan, ilmu informasi. Jadi keberadaan dalang dalam pertunjukan wayang kulit bukan saja pada aspek tontonan (hiburan) semata, tetapi juga tuntunan. Oleh karena itu, disamping menguasai teknik pedalangan sebagai aspek hiburan, dalang haruslah seorang yang berpengetahuan luas dan mampu memberikan pengaruh.

Dalang-dalang wayang kulit yang mencapai kejayaan dan melegenda antara lain Almarhum Ki Tristuti Rachmadi (Solo), Almarhum Ki Narto Sabdo ( Semarang, gaya Solo), Ki Surono ( Banjarnegara gaya Jogyakarta), KI Soeparman ( gaya Yogya), Ki Anom Suroto ( gaya Solo), Ki Manteb Sudarsono (gaya Solo), Ki Enthus Susmono, Ki Agus Wiranto, Alm. Ki Suleman ( gaya Jawa Timur). Sedangkan Pesinden yang legendaris adalah Nyi Tjondrolukito.

No comments:

Post a Comment