Menelisik Sejarah Perfilman Indonesia
Film dipertontonkan pertama kali untuk khalayak umum dengan membayar berlangsung di Grand Cafe Boulevard de Capucines, Paris Perancis pada 28 Desember 1895. Peristiwa ini sekaligus menandai lahirnya film dan bioskop di dunia. Karena lahir secara bersamaan inilah, maka saat awal-awal ini berbicara film artinya juga harus membicarakan bioskop.
Sejarah perfilman Indonesia diawali pada tahuan 1900 ketika dibangun bioskop pertama di daerah Tanah Abang, Batavia dengan nama Gambar Idoep. Bioskop yang didirikan pada 5 Desember ini menampilkan film-film bisu, dengan film pertama yang dibuat pada tahun 1926 adalah Loetoeng Kasaroeng yang dibuat oleh G.Kruger dan L.Heuveldrop, sutradara asal Belanda.
Sejak saat itu, perfilman Indonesia berkembang. Pada periode 1942-1949, perfilman Indonesia dijadikan propaganda politik oleh Jepang. Terlihat dari tahun 1942, Nippo Eigha Sha, perusahaan film Jepang yang beroperasi di Indonesia, hanya dapat memproduksi 3 film pada saat itu. Oleh karena itu, pada periode ini perfilman Indonesia mengalami penurunan.
Perfilman Indonesia dirayakan pada tanggal 30 Maret karena pada tanggal 30 Maret 1950 merupakan hari pertama pengambilan gambar film Darah & Do'a atau Long March of Siliwangi yang disutradarai Usmar Ismail. Film ini dianggap sangat momentum karena merupakan film pertama yang bercirikan Indonesia, di sutradarai oleh orang Indonesia dan diproduksi oleh perusahaan film yang dimiliki oleh orang Indonesia.
Pada era sekarang, kondisi perfilman di Indonesia dianggap mengalami kebangkitan. Hal ini karena kondisi perfilman Indonesia yang mengalami pertumbuhan jumlah produksi yang menggembirakan. Cerita yang disajikan pun kian menarik dan beragam. Bahkan tak jarang film Indonesia mengadopsi cerita dari novel Indonesia. Sebut saja film Laskar Pelangi yang sempat melejit di tahun 2008 yang mengadopsi dari novel karya Andrea Hirata.
Sebagai institusi yang bergerak di industri buku, novel-novel yang diterbitkan di Benteng Pustaka juga turut mewarnai perfilman Indonesia. Novel-novel tersebut adalah Supernova (Ksatria, Putri dan Bintang Jauh), Sang Pemimpi, Negeri van Oranje, Catatan Akhir Kuliah dan lain-lain.
Semoga perfilman Indonesia semakin maju dan semakin banyak novel-novel dengan cerita yang menarik untuk mewarnai kemajuan perfilman Indonesia. Maju terus perfilman Indonesia !!!
No comments:
Post a Comment